Bagaimana menurut anda tentang Blogger ini?

Sabtu, 13 Agustus 2011

The Magical of School - Chapter 1 #B "PROLOG2"


Hy hyy.. hyyy… Pada puasa nggak nihh?? Puasa kann?? Hayoo,, yang batal ketauannn nihhh!!! Hahahaaa… Buat yang menjalankan ibadah puasa selamat menjalankan,, dan buat yang nggak puasa ayyoooo puasaaa!! Entar dimarahin sama Tuhan lhooo!!! Daripada kalian bosen dan nggak ada aktivitas gara-gara puasa,, mendingan baca cerbung admin aja yang masih segerr.. Biar nggak kelaperan (lhaa?? Ada hubungannya tho??) Ya udahh dehh,, daripada baca bacodnya admin yang gaje, mending langsung baca ajaaa.. okeee… (waduhh,, uda kebelet yaaa?? Eh, tahan dulu, Nengg.. bentar lagi mulai kokk..!! wkwkkk.. :D *terlalugirang)

<<cekiidoootttttttttttttttttt>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

            “Jadii ginii,, “ belum selesai Ify melanjutkan ceritanya tiba-tiba seorang anak laki-laki dengan badan tegap, kira-kira kelas 3 SMA memasuki rumah Rio dengan kunci yang dilempar-lempar alias dibuat mainan.
            “Sapa tuh, Yo??” Tanya Shilla heran.
            “Lahh,, itu kan si Iel?? Lhoo,, bukannya dia ada di Amrik??” Alvin keheranan melihat kehadiran Iel yang tiba2 datang, nggak diundang, nggak dianter pula.
            “Iel?? Mana-manaaa???” Rio langsung kalang kabut mencari keberadaan Iel. Maklum lahh,, Iel itu sobat Rio yang paling dekat dengannya. Baru Jumat kemarin (sekarang hari Rabu) Iel ada di Amrik untuk liburan yang katanya seminggu, eh taunya malah uda dating sekarang. Bikin bingung aja. Oh yaa,, Iel itu sebenernya uda punya pacar namanya Sivia. Tapi Sivia masih ada di Singapure buat lomba olimpiade Kimia selama 2 minggu. Mereka uda jadian selama 2 bulan lebihh..
            “Noh si Iel ada di halamann..” sahut Alvin sambil menunjuk Iel yang lagi enak-enaknya main BB.
            “Mana manaa?? Iel!!!!!!! Oh my God Iel!!!!!! Loe uda pulang yaaa…” Rio berteriak histeris sambil berlari kea rah Iel dan memeluknya kencang. Shilla yang melihat adegan rada nggak wajar itu langsung melongo, sedangkan Alvin Cuma geleng-geleng seakan sudah biasa melihat tingkah laku yang gila dari Rio, sementara Ify merutuk dirinya karena sempat terpesona dengan orang homo.
            “Siapa kamu?” Tanya Iel heran. Wajahnya pucat pasi, walaupun sedang asyik bermain BB, tapi tetap tidak bisa menyembunyikan kepucatannya dari Rio.
            “Loe Tanya siapa gue? Loe amnesia ape?? Ini gue Rioo… Pacar loe yang kerenn. Eh, maksudnya sobat loe yang kerennya minta ampun.” Kata Rio diiringi embel2 narsiznya, sementara Ify langsung berlagak muntah-muntah, nggak sudi dengan pernyataan Rio.
            “Loe itu apa?? Aku tidak terlalu fasih bahasa Indonesia. I just can speak English, Ican’t speak Indonesia with kinds. And, what was you say?” Tanya Iel.
            “Sumpah dehh.. Gue jadi makin aneh sama semua ini. Udah loe,, maksudnya kamu masuk dulu. Nanti aku dan yang lainnya akan menceritakan padamu.” Kata Rio berusaha berbicara dengan bahasa yang baik dan benar.
            “Hmm…” Iel terlihat menimbang-nimbang.
            “Trust me, Iel.” Kata Rio yakin.
            “Okee…”
            Kemudian mereka berdua masuk kedalam. Shilla, Ify, dan Alvin hanya menatap mereka dengan ekspresi yang berbeda-beda. Ify Cuma mengangkat alis (maklum, Ify kan nggak akrab sama Iel.), Shilla dengan tatapan biasa ajaa.. sabodo amat dia sapa, orang gue nggak kenal. Begitu pikirnya. Sedangkan Alvin merasa kayak orang bodoh, berdiri sambil garuk-garuk kepala.
            “Sebenernya kenapa sih, Yo?” Tanya Alvin heran.
            “Gini. Iel.. Iel…” Rio tidak sanggup melanjutkan kata-katanya.
            “Iel kenapa? Kok loe jadi gagap gitu sih? Iel nggak papa kan?” mau nggak mau Alvin jadi khawatir, apalagi saat melihat nggak ada reaksi sama sekali dari Iel. Iel hanya diam sambil mentap lurus ke depan.
            “Iel amnesia, Broo..” kata Rio.
            Rio berat sekali mau mengatakannya, tapi apa adya. Daripada berbohong, yang ujung2nya tengkar. Lebih baik dia terus terang aja. Saat sadar dari pikirannya, Rio mendapati ekspresi Alvin yg tidak berkedip sama sekali. sejak kapan Alvin nggak berkedip gitu??
            “Vin?? Vinn???” Rio meraba-raba mukanya, tapi tetap tidak ada jawaban. Tiba-tiba, terlintas ide jail di benaknya. Rio mendekatkan mukanya dengan muka Alvin sehingga muka mereka tinggal beberapa senti. Rio memonyongkan bibirnya seperti hendak mencium Alvin. Baru setelah itu Alvin sadar dan berteriak sekencang-kencangnya.
            “ARGGHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!!”

****

            “Jadi gitu?? Si Iel itu amnesia?? Dan dia nggak inget apa-apa lagi. Termasuk Sivia? Pacarnya?” begitulah tanggapan Shilla begitu diceritakan seluk-beluknya. Walaupun tidak mengenal Iel dan tidak tau menau tentang Iel, tapi se enggaknya dia juga ikut prihatin.
            Sekarang, Iel sudah ada dikamarnya. Rio hanya menatapnya nanar, kemudian kembali lagi ke gazebo.
            Ify hanya mengangguk-angguk tanda mengerti tanpa berkomentar sedikitpun. Baginya, masalah Iel ini tidak terlalu penting karena dia tidak mengenal Iel. Yang terpenting baginya sekarang adalah menjelaskan apa yang sempat terputus tadi.
            “Hmm,, Guys. Sorry nih.. Tapi bisa nggak kita balik ke topic awal. Siapa tau ini ada hubungannya sama Iel.” Kata Ify. Sontak semua menoleh ke arahnya.
            “Oh iyaa,, jadi kenapa tadi?” Shilla ikut penasaran dengan kalimat yang nggantung.
            “Jadii..”
            “Haii.. lagi ngapain?” Rio dating dengan muka tanpa dosa. Semua menatap Rio dengan marah.
            “Kenapa..”
            “SSTTTT!!!!!!” kompak mereka mendiamkan suasana. Rio tidak berkutik, dia ikut diam dan duduk bergabung bersama mereka.
            “Jadi begini, dulu waktu gue SMP, nyokap gue ngasih gue kalung cincin ini. Pas gue Tanya kenapa, Nyokap gue bilang kalo ini wasiat turun temurun. Sebenernya gue nggak percaya. Menurut gue ada sesuatu di kalcin ini. Menurut gue kalcin punya kita bukanlah kalcin biasa. Akhirnya gue putusin buat menyelidiki kalcin ini. Gue pinjem beberapa buku di perpus. Dan gue baca satu-satu. Ada satu buku, dan kebetulan gue pinjemnya di Perpustakaan laen. Judulnya The Magical of School. Gue merasa tertarik sama buku itu. Buku itu sih sekarang uda gue balikin. Tapi tenang aja! Gue uda copy isinya dan print semua, trus gue jilid. Jadi gue uda punya copy an bukunya.”
            “Lanjuttt….”
            “Disitu di tulis…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar