Bagaimana menurut anda tentang Blogger ini?

Sabtu, 13 Agustus 2011

The Magical of School - Chapter 1 "PROLOG"


Haii, All. Maaf yaa cerbung ini baru sekarang dipost. Coz admin Ditha sbuk, wehehee… Oke, cerbung ini bertemakan tentang Petualangan, tapi masih bersifat santai. Bahasanya masih pake gue-loe dgn sedikit bumbu2 lelucon. Mungkin penjelasan ceritanya yang lebih ke novel-novel. Tapi, semoga ini tidak mengganggu kalian. Ceritanya lebih ke Novel aja. Coz admin pengennya kalo nggak kiamat nihh,, pas umur 20 ke-atas (mahasiswi) bisa mengirim cerita ini ke teenlit (ceilahh,, ngarep ajaa.. *tapisemogadehh..). Oke, nggak usah ngebacod, kita langsung ke ceritanya yaa.. Happy Read, Guys!!^^
<<cekiidoooooootttttttttttttttttt>>>>>>>>>

“THE MAGICAL OF SCHOOL”

            Seorang anak lelaki tengah berlari tergesa-gesa menyusuri koridor sekolah yang sepi. Tentu saja, karena semua murid sudah pulang sekolah.
            Rio melirik jam tangan hitam yang melingkar di tangan kirinya, dia mendesah pelan sambil terus berlari menuju suatu ruangan.
<skip>
<skip>
            “Ceklekk…” suara pintu dibuka Rio dengan hati-hati. Bukan karena takut diketahui orang, tapi supaya suaranya tidak terlalu keras. Semakin keras suaranya, semua menyengat di telinga. Rio melirik ke atas. Terdapat papan nama bertuliskan, “Kelas XI-2 IPS”. Dengan hati-hati, Rio berjalan memasuki ruangan kelasnya itu. Untung saja Pak Bimo, salah satu pembantu pelaksana yang memegang kunci kelas belum menutup pintu kelas, jadi Rio masih bisa masuk ke kelas itu. Sekolah memang sudah sepi, padahal sekarang masih pagi. Tentu saja karena pulang pagi. Biasanya kalo sekolah lagi pulang pagi, murid-murid suka ngacir ke tempat2 laen kalo pas  pulang sekolah, nggak langsung pulang.
            Rio berjalan mendekati sebuah bangku. Derap-derap langkah kakinya terdengar jelas. Matanya langsung berbinar-binar begitu melihat sebuah kalung berbandul  cincin yang tergeletak di bangku.
            “Untung deh ni kalung ketemu. Coba kalo enggak, uda jadi babu deh gue sebulan.” Kata Rio setengah mengomel pada dirinya sendiri.
            “Lho, Panci?? Ngapain loe disini?” seorang perempuan dengan paras yang cantik, tapi agak belagu (hahaa.. :D) berdiri di ambang pintu sambil menyenderkan badannya pada sisi kanan pintu dan melipat tangannya.
            “Panci-panci jidat loe ngedrum. Dating-dateng maen ledek gue seenak jidat aja. Nggak ada panggilan laen apa?? Yang lebih baik dari pada itu.” Omel Rio.
            “Lohh??? Emang itu nama loe kan?? Maliol Stepanci Aditya Maling. Bukannya gitu yang ada di facebook?? Bukannya PP loe itu yang ada gambar loe lagi promoiin panic produksio terbaru loe kan?” cewek itu masih nyerocos panjang lebar dengan muka tanpa dosa, sementara Rio uda panas panas meledak ndengerin ejekannya.
            “Loe!! Cewek dagu runcing! Berani loe ngatain kakak kelas loe yang ganteng ini seenak jidot!! Nggak punya santun sopan loe??!! Eh, sopan santun maksudnya.” Kata Rio sambil mendekati cewek tsb. Muka sama muka, uda tinggal 3 sentimeter lagi antara muka Rio dan cewek itu.
            Ify (cewek yang ngeledek Rio “my prince….!!^^” *wkwkk..!) terlihat menahan napas. Matanya sudah merem melek – merem melek. Bagaimana tidak? Mimpi apa dia bisa sedekat ini dengan Rio, cowok paling top se-sekolah yang sangat dia benci. Karena menurutnya, Rio Cuma modal tampang doank tapi prestasinya cetek banget. Padahal sebenernya salah besar! Rio itu termasuk 3 besar murid paling pintar dan berprestasi di SMA Kirista. Dengan urutan ke 2 setelah Lintar. Selain itu, prestasinya juga cukup menonjol. Rio mampu menjadi kapten basket Tim A di sekolahnya saat kelas sepuluh. Dan juga langsung popular saat pertama kali. Rio juga jago di bidang music. Dia sangat pintar dalam menciptakan lagu menggunakan gitarnya, juga dapat menguasai teknik2 Piano dan cara2 mempelajarinya dalam waktu seminggu saat berumur 5 tahun. Jadi nggak masuk akal juga ya kalo ada yang bilang Rio Cuma modal tampang? Tapi itulah Ify, profokator Riters alias rio haters. Ify paling benci sama cowok2 model Rio yang menurutnya Cuma modal tampang. Tapi, biar bagaimana pun, nggak ada orang yang sempurna. Begitu pula dengan Rio. Rio sangat trauma sama yang namanya ketinggian, Rio juga phobia banget sama Kelinci. Katanya bulunya itu bikin merinding (kalo merinding peluk admin aja, Yo. Wkwkk.. :D *ditimpukkinRise).
            “Ma..ma..mau apa loee??” Tanya Ify gelagapan.
            “Menurut loe?” Rio hanya menjawab pertanyaan Ify dengan 2 kata.
            “Maksud loe?” Ify malah balik menanya. Ketakutan menyelimuti Ify, lebih tepatnya deg-degan. Pikirannya sudah jauh melayang ke ujung mimpi.
            “Bukannya sekolah lagi sepi? Jadi nggak bakal ada yang ngeliat.” Kata Rio masih terus menatap Ify. Seakan memancing Ify untuk memikirkan hal yang sebenernya Cuma lelucon baginya.
            “Yoo..”
            “Apa?”
            “Yo,, gu..” belum sempat Ify melanjutkan katanya Rio sudah mencium pipinya dengan lembut. Sekitar 5 detik kemudian, Rio melepaskan dirinya dan berdiri menghadap Ify.  Seakan sudah benar-benar ke ujung mimpi Ify berdiri terpaku dengan mata terbelalak. Disentuhnya pipi bekas ciuman Rio sambil tersenyum malu. Pipinya sudah penuh dengan corak merah mirip pipi yang abis dikerokin. (gaje mode:on, guys..)
            Rio nggak tau kenapa dia bisa ngelakuin hal senekat itu. Romantis ih romantis, tapi mendadak banget ya?? Pertamanya, Rio nggak ada rencana buat nyium Ify. Tapi nggak tau kenapa, tiba-tiba Rio malah mencium Ify. Begitu sadar dengan apa yang Dia lakukan, Rio langsung melepaskannya.
            “Eh, maaf-maaf. Gue lancing. Sumpah nggak sengaja, kalo loe mau marah silahkan marah aja.” Rio jadi salah tingkah. Begitu pula dengan Ify. Mereka sama-sama nggak tau mau ngomong apa.
            “Eh, iya. Eh,” Ify terlihat sangat salah tingkah. Tidak tau harus bicara apa.
            “RIOOO!!!!!!! AYOO, PULANGG!!!! LAMA BANGET SIH LOEEE!!!!” seorang cewek dengan suara (yang asli deh bisa bikin gendang telinga pecah) cempreng berteriak sekencang-kencangnya pada Rio.
            Mereka berdua langsung menoleh begitu melihat ada cewek dengan suara cemprengnya berteriak-teriak nggak jelas di halaman tepat didepan kelas itu. Cewek itu menghampiri Rio dengan muka mirip nenek lampir.
            “Shilla? Ngapain loe dating-dateng kesini?” Rio heran melihat cewek yang ternyata bernama Shilla itu dating dengan pakaian rumah.
            “Ngapain??!!! Loe masih Tanya ngapain?? Gini yaa MARIO STEVANO ADITYA HALING SEPUPU GUE TERJIJAY, bukannya loe uda janji mau ngasih gue kalung itu. Sekarang mana kalungnya?” ujar Shilla dengan member penekanan dan meninggikan suaranya pada kata2 yang di caps lock.
            “Ya tapi kan nggak usah sampe segitunya kali, nyusul2 gue kesini. Pake baju rumah lagi. Malu-maluin gue aja loe.” Rio melihat pakaian yang Shilla kenakan dari atas sampai bawah. Rio meringis. Tidak menyangka bahwa sepupunya ini cukup gila dating kesini dengan pakaian seperti itu. Tank top putih, celana pendek warna kuning dan sandal jepit kelinci.
            “Napa loe ngeliatin gue kayak gitu? Ngiri ya? Gue cantik tapi loe nggak cantik. Jangan-jangan loe sebenernya punya jiwa permpuan lagi? Ato jangan-jangan loe uda ngerencanain acara trans gender?” ujar Shilla yang ngaconya mulai kumat. Sementara Ify yang sedari tadi Cuma diam mulai angkat bicara. Bukannya tertarik dengan perang saudara antara Rio dan Shilla, tapi Ify malah tertarik dengan kalung yang disebutkan Shilla tadi.
            “Em, Shill, loe bilang kalung tadi?” Tanya Ify hati-hati.
            “Iya. Napa?” Tanya Shilla cuek.
            “Enggak. Gue Cuma nanya. Emang kalungnya kayak apa?” Tanya Ify.
            “Katanya Cuma nanya, tapi kok malah nanya terus. Itu bukan Cuma nanya namanya, tapi pengen tau.” Ujar Rio sambil meledek Ify.
            “Ehh,, diem dah loee!!! Bukan urusan loe tauu!!!” ujar Shilla kesal sambil menjitak kepala Ify.
            “Uda deh, Yo. Nggak usah sok ikut campur deh loe! Dasar playboy cap kebo loe! Pake acara cium-cium gue segala. Jijay tau nggak!!” kata Ify kesal yang nggak sadar kalo dia keceplosan ngomong.
            “Whattt!!!????!!!! LOE DICIUM RIO??? OH MY GOD!!!!!!!!!!” Shilla langsung heboh begitu mendengar penuturan Ify. Sedangkan Rio malah shock gara-gara Ify keceplosan ngomong. Rio berpikir keras berusaha mengalihkan perhatian, begitu pula Ify yang sadar tentang apa yang Ify omongin langsung mmbekap mulutnya sendiri.
            “Eh, apa tuh!! Wah, ada Justin Bieber!!” kata Rio berusaha mengalihkan perhatian.
            “Mana?? Manaa??” Shilla langsung lirik kanan-kiri mencari sosok Justin Bieber. Sementara Rio langsung menarik  tangan Ify dan lari dari hadapan Shilla.
            “1..2…….3………………… LARIIIIIII!!!!!!!!!!!!!!!!” teriak Rio sekencang-kencangnya sambil menarik tangan Ify.
            “Eh, ehhh….. RIOOO!!!!!!! AWAS NANTI DI RUMAH!! Gue jamin loe nggak bakal selamet!!” teriak Shilla memenuhi semua kemarahannya.
--------
Shilla p.o.v
            Shilla melirik jam yang terdapat di hapenya. Sudah 1 jam Shilla menunggu di pinggir jalan. Menunggu taksi yang padahal nggak lewat sama sekali di situ. Shilla terus menerus melirik jam, berharap ada taksi yang lewat. Tapi, tetap kosong. Shilla lebih memilih menunggu taksi daripada naik angkot, karena menurutnya nggak aman. Lagipula, Shilla itu anak modis-sepupu Rio yang baru dating dari Singpore- jadi nggak mungkin mau naik taksi. Mau telpon, hapenya lagi bokek pulsa. Mana dompet kosong lagi.
            Sedang enak-enaknya toleh kanan toleh kiri –cari taksi, barangkali ada taksi lewat sambil lirak-lirik barangkali ada cowok ganteng lewat- tiba-tiba ada sepur lewat, eh enggak ding. Ada ninja hijau lewat di depan mata. Pengendaranya nggak tau mukanya kayak apa, -ancur apa kagak- soalnya tuh orang pake helm –yaiyalah pake helm, kalo enggak pasti uda kena tilang-. Dan yang jelas tuh orang berkelamin cowok.

Rify p.o.v
            Rio menarik tangan Ify sampai di parkiran. Karena kesal tangannya ditarik terus, Ify melepaskan tangannya dengan kasar.
            “Duhh,, loe tuh gila yaa!!! Tarik-tarik tangan gue sampe parkiran. Nih liat tangan gue uda merah tauu!!!” omel Ify sambil menunjukan pergelangan tangannya yang merah abis.
            “Mana?? Sini gue cat biar jadi kuning.” Kata Rio lalu meraih pergelangan tangan Ify. Ify menepisnya dengan kesal.
            “Enak aja maen bilang di cat. Emang loe kira tangan gue tembok apa?” omel Ify kesal.
            “Bukan tembok, tapi got.” Sahut Rio asal.
            “Ihh,, rese banget sih loe jadi cowokk!!” omel Ify kesal sambil memukul tangan Rio.
            “Yeee… terserah gue donk mau rese kek, mau soto, mau goreng, mau kuah, mau kaldu. Apa urusannya ama loe?? Lagipula nih yaa,, gue heran banget sama loe. Tiap ketemu gue ngomel muluu.. Emang gue salah apa sih sama loe??” Tanya Rio.
            “Ya.. yaa.. soalnya.. soalnyaa..” Ify sudah kalah telak pas Rio nanya kayak gitu. Alhasil, Ify Cuma salah tingkah sambil garuk-garuk kepala –yang sebenernya nggak gatel sama sekali-
            “Kenapa loee?? Kok gagap gitu?? Ponakan Aziz gagap loe?” Tanya Rio makin mendesak.
            “Yaa.. enggak lahh!! Guee.. gue Cuma.. Cuma, emm..” Ify masih bingung mau menjawab apa. Sementara Rio uda gondok nungguin jawaban dari Ify yang lamanya selangitt..
            “Ahh,, lolak loee!! Uda deh, gue mau pulang.” Rio tidak menghiraukan Ify lagi. Dia mengenakan helmnya dan kemudian menstater dan pergi meninggalkan Ify yang uda gondok stengah idup.
            “Bukannya ngajak gue pulang bareng, ehh,, malah ninggalin gue di parkiran. Nggak tanggung jawab bnget sih tuh anak! Sapa juga yang uda tarik2 gue kesini. Jin apa??” dumel Ify kesal.
           
Shilla p.o.v
            Shilla masih ke heranan dengan cowok di depannya ini. Dia melepas helmnya dan berdiri dengan –sok- cool –menurut Shilla- yang sama sekali nggak bikin klepek-klepek.
            “What are you doing at here?” Tanyanya sok inggris.
            “What is the problem with you? Are you my brother? Father? Or my boyfriend? No. So, this isn’t your problem, Bro.” jawab Shilla nggak kalah inggris.
            “Uda-uda.. nggak usah sok inggris. Males bgt. Tadi gue Cuma belajar bahasa inggris. Soalnya besok ada ulangan.” Kata cowok itu.
            “Oh ya, loe siswi Kirista?” Tanya cowok itu.
            “Calon.” Jawab Shilla singkat. Cowok itu hanya mengernyitkan dahi.
            “Maksud gue, gue belom jadi siswi Kirista, gue baru akan masuk besok. Loe sapa?” tany a Shilla.
            “Gue Alvin. Ketos Kirista.” Kata Alvin sambil menyodorkan tangannya. Bukannya membalas tangan Alvin, Shilla malah heran dan mengernyitkan dahi. Seakan mengerti. Alvin melepaskan tangannya dan menghela napas.
            “Kayaknya loe cukup sombong buat seorang murid baru.” Kata Alvin sambil menaruh tangannya di saku.
            “Maksud loe?” Tanya Shill nggak ngerti.
            “Hmm,, loe lemot juga ya kalo mikir. Uda deh, gue capek jadi cowok sok cool. Gue ini Ketos Kirista, cowok paling popular di sekolah. Nomer dua sih.. Nomer satunya pasti Rio lahh.. Oh ya, Rio itu sohib gue. The Most Populer di Kirista.” Jelas Alvin. Shilla mengernyitkan dahi, Rio? Rio sepupu gue ya?
            “Maksud loe, Mario Stevano Aditya Haling?” tanya Shilla.
            “Lah?? Kok loe tau sih?” Tanya Alvin heran.
            “Orang dia sepupu gue.” Jawab Shilla enteng.
            “Oh.. sepupu Rio. Yang katanya bawel itu?” Tanya Alvin.
            “Apa?? Rio ngatain gue bawel? Trus dia bilang apa lagi?” Tanya Shilla.
            “Dia bilang,,,,,” Alvin sengaja menggantung kalimatnya supaya Shilla penasaran.
            “Bilang apa?” desak Shilla. Kemudian Alvin menunjukkan jari telunjuknya.
            “Dia bilang!! Loe jelekkk!!!” kata Alvin.
            “Tunggu.. Cincin di tangan loe?” Tanya Shilla.
            “Kenapa? Ini cincin pemberian nyokap gue.” Kata Alvin.
            “Gue juga punya. Tapi pake kalung. Cincinnya sama kayak punya loe!” kata Shilla.
            “Gue juga punya kalungnya, tapi di laci kamar gue. Emang mana puny aloe?” Tanya Alvin.
            “Masih di Rio sihh.. Loe anter gue ke rumah sekarang. Kayaknya ada yang aneh.” Kata Shilla.
            Kemudian mereka pergi ke rumah Shilla.

Rify p.o.v
            Sebelumnya Rio nggak berminat mengajak Ify bareng, malah Rio sudah meninggalkannya sendirian. Tapi, karena nggak tega ngeliat Ify yang harus jalan kaki buat cari angkot –apalagi Jakarta kota yang nggak aman-, jadi Rio nawarin Ify bareng. Pertama sih Ify nggak mau, Ify uda terlanjur kesal. Tapi akhirnya Ify mau juga.
            Mereka nggak langsung pulang ke rumah Ify, mereka pulang ke rumah Rio. Ify sendiri yang mengajaknya. Karena kata Ify ini berhubungan dengan kalung berbandul cincin yang dimiliki Rio, Shilla dan Ify.
<<flash back mode : on>>
            “Sini liat, gue mau liat kalung cincin puny aloe ama Shilla.” Kata Ify.
            “Kenapa?” Tanya Rio heran.
            “Soalnya gue juga punya. Cincinnya sama kayak puny aloe.” Kata Ify.
            “Mana puny aloe?” tanay Rio. Ify menunjukkan cincinnya, dan benar ternyata sama dengan punya Rio.
            “Pasti ada sesuatu dibalik semua ini. Gue uda lama selidiki ini. Eh, yo. Bisa nggak kita ke rumah loe. Gue mo ngasih tau sesuatu.” Kata ify.
            “Up to you deh..” jawab Rio pasrah.
<<flash back mode : off>>
@Rumah Rio, Gazebo
            Rify sudah ada di gazebo rumah Rio. Dan kebetulan ada Shilla dan Alvin disitu. Mereka berkumpul dan mulai menunjukkan cincin masing-masing.
            “Wih,,, kok puny ague sama sih sama loe, Vin??” tanay Shilla heran.          
            “Ya man ague tau.” Jawab Alvin cuek.
            “Kok kita berempat sama-sama punya yaa??” Tanya Rio tiba-tiba.
            “Tepat. Itu pertanyaan yang gue tunggu2.” Ify mengagetkan Al-Shill-Yo dngan pernyataannya.
            “Aztajimm..” kata Alvin.       
            “Maksud loe, Fy??” Tanya Rio mulai tertarik.
            “Jadiii…..”

1 komentar:

  1. IZIN NP|

    Bagi yang suka cerbung berbau CJR. tinggal Klik disini ~ Gray'S Story ~ ~ID @[+929967790375220] ~. disana lagi cooming soon cerbung "Magic School" dijamin keren. ;) .

    BalasHapus